inilah cerita naruto the last
THE
LAST: NARUTO THE MOVIE [VERSI TEKS BAHASA INDONESIA]
Credit: farhan akmal muzakki
Tetap tonton filmnya jika rilis di
Bioskop di kota-kota Indonesia
Happy reading...
Beberapa menit pertama film ini
memperlihatkan sebuah rangkaian animasi yang sangat luar biasa, dibawakan
dengan goresan hitam di atas putih layaknya lukisan tinta. Rangkaian animasi
tersebut menceritakan perjalanan sejarah dunia Shinobi, dimulai dari kisah sang
dewi Kaguya, pertempuran lintas generasi antara para reinkarnasi Indra dan
Ashura, dan akhirnya ditutup dengan pertarungan terakhir antara Naruto dan
Sasuke di lembah akhir. Artwork yang ditampilkan semakin indah dan bermakna,
dibalut dengan lantunan komposisi 'Greensleeves' sebagai latar belakang
musiknya.
(Trivia dikit ― Greensleeves
adalah salah satu komposisi musik folk klasik dari tanah Inggris, ditulis oleh
King Henry ke III, dan digubah kembali pertama kali oleh Richard Jones di tahun
1580)
Adegan berikutnya memperlihatkan
Hinata kecil yang menangis di tengah area pepohonan yang diselimuti salju.
Hinata menangis setelah dikasari oleh beberapa anak laki-laki yang
menganggapnya sebagai 'iblis' karena Hinata memiliki mata putih, Byakugan.
Naruto yang kebetulan berada di dekat tempat itu segera maju melindungi Hinata,
memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Uzumaki Naruto, bocah yang suatu saat
akan menjadi Hokage terhebat. Naruto berusaha melawan mereka, namun dia dihajar
habis-habisan sampai pingsan, dan syal merah miliknya dirusak oleh anak-anak
tersebut. Setelah anak-anak itu pergi, Naruto siuman, dan melihat Hinata berdiri
dihadapannya. Hinata sangat bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada Naruto
atas pertolongannya, sambil mengembalikan syal Naruto yang bentuknya sudah
tidak karuan. Namun Naruto beranjak pergi tanpa menerima kembali syalnya,
Hinata terdiam, dia pun menyimpan syal merah itu sebagai kenang-kenangan
pertemuan pertama mereka.


Beralih ke akademi. Guru Iruka
meminta murid-muridnya mengeluarkan secarik kertas dan menulis nama 'seseorang
yang sangat kalian inginkan untuk ada di samping kalian, apabila dunia akan
kiamat esok hari'. Naruto tidak menghiraukan perkataan gurunya itu dan malah
bermain dengan selipat pesawat kertas, guru Iruka marah. Naruto dengan polosnya
berkata bahwa dia tidak pernah mengenal ayah dan ibunya, dia juga tidak punya
satupun teman, jadi dia tidak tahu harus menulis nama siapa. Dia juga berkata
bahwa skenario konyol semacam 'dunia akan kiamat esok hari' tidak akan pernah
terjadi, lalu tertawa. Guru Iruka terdiam. Sementara itu, di meja seberang,
diperlihatkan Hinata sedang menulis nama seseorang di kertasnya, Uzumaki
Naruto, itulah yang ditulisnya.

Cerita beranjak bertahun-tahun
setelahnya, ke masa sekarang, dua warsa pasca perang besar para Shinobi. Kita
dibawa ke lingkungan sekitar wilayah kediaman Hyuuga, dan di sana terlihat
seseorang sedang berbincang dengan Hiashi Hyuuga, sang pemimpin klan. Seseorang
tersebut bertanya sesuatu pada Hiashi, dia juga berkata bahwa jawaban Hiashi
akan menentukan masa depan klan Hyuuga dan dunia. Hiashi tidak menjawab dan
langsung menyerang orang dihadapannya tersebut, yang ternyata memiliki pasukan
di belakangnya, sepasukan boneka.
Di sebuah tempat, Naruto ternyata
sedang berada di akademi untuk memberikan pengajaran spesial bagi para calon
ninja. Kedatangannya disambut meriah oleh murid-murid di sana, terutama para
gadis. Sementara itu, dari kejauhan terlihat trio Ino-Shika-Cho tengah berdiri
di seberang lapangan. Mereka berkomentar tentang Naruto yang begitu populer
setelah menjadi pahlawan perang. Setelah selesai, Naruto terlihat berada di
warung ramen, bersiap menyantap hidangan favoritnya. Tiba-tiba, Konohamaru
datang dan meminta Naruto membantunya membereskan barang-barang peninggalan
Sandaime di ruang penyimpanan, mereka pun bergegas.


Di tempat lain di Konoha, suasana
damai menyelimuti setiap sudut pandangan. Tampak seorang gadis sedang merajut
sebuah syal berwarna merah, tak lain gadis itu ialah Hinata, ia membuat syal
tersebut untuk orang yang dicintainya, Naruto. Dan yang menarik adalah, syal
lusuh yang menjadi kenang-kenangan pertemuan pertama Hinata dan Naruto
diperlihatkan terlipat rapi di samping tempat duduk Hinata, membuat aura
nostalgia semakin terasa.
Hari berganti, paginya Naruto dan
Konohamaru berjalan-jalan di desa, di jalanan yang sudah penuh dengan warung-warung
dan hiasan-hiasan. Hari itu adalah hari festival Rinne. Kemudian segerombolan
gadis tiba-tiba datang dan mengerubungi Naruto, berfoto bersama, memeluk
tangannya, dan memberinya banyak sekali hadiah.
Hinata keluar membeli benang wol
untuk syal buatannya, tanpa sengaja bertemu Sakura. Sakura mengajak Hinata ke
sebuah kafe, dia menyemangati Hinata untuk jangan ragu memberikan syal
buatannya itu kepada Naruto bila sudah jadi. Sakura berkata bahwa Naruto
terlalu polos dalam hal cinta, jadi Hinata harus menyampaikan perasaannya
sejelas dan sesederhana mungkin, supaya Naruto paham. Hinata hanya terdiam.
Sakura juga bercerita kepada Hinata
mengenai Naruto yang akhir-akhir ini menjadi sangat populer di kalangan wanita,
bahkan para gadis dari desa lain sering rela jauh-jauh datang ke Konoha sekedar
untuk bertemu dan berfoto dengan Naruto. Hinata lagi-lagi terdiam, Sakura
melihatnya dan segera menghiburnya. Dengan muka penuh semangat, Sakura berkata
bahwa dalam urusan cinta dan perasaan, seorang wanita harus gigih berjuang dan
pantang menyerah.
Malam tiba, di kamar kecil Naruto,
ia tampak memandangi langit malam bersalju dari balik jendela, di sudut
ruangan, ratusan kotak-kotak hadiah yang tadi sore ia terima masih terbungkus
rapi, belum tersentuh sama sekali. Dan di tangannya, saat ini Naruto sedang
memegangi sebuah syal berwarna hijau dengan garis putih. Kelihatannya syal itu
sangat berharga baginya. Sementara di tempat Hinata, ia masih sibuk mengerjakan
syal merah itu.
Angin malam menerpa di semua sudut
desa, tak terkecuali di perbatasan. Di sana terlihat Sai yang sedang melukis,
dia melukis bulan. Namun Sai, dengan intuisinya menyadari bila ada sesuatu yang
janggal, bulan yang dia lukis malam ini terlihat begitu besar, tidak seperti
biasanya.
Tanpa terasa Hinata sudah
menyelesaikan syal rajutannya, dia segera berlari turun ke lantai bawah untuk
pergi memberikan syal tersebut ke Naruto. Namun belum sampai dasar tangga,
Hinata tiba-tiba ragu, dia naik lagi ke kamarnya, lalu turun lagi, dan naik
lagi, terus berulang sampai empat atau lima kali. Hanabi sampai heran melihat
tingkah kakaknya itu. Hinata akhirnya membulatkan tekad dan pergi keluar rumah,
menemui Naruto.
Di tempat lain, lima Kage tengah
mengadakan pertemuan darurat untuk membahas keadaan bulan yang tampak aneh.
Dari pertemuan tersebut terungkap bahwa bulan sedang di ambang kehancuran,
sedikit demi sedikit bagian bulan remuk menjadi serpihan-serpihan kecil yang
akan menghujani bumi. Serpihan-serpihan kecil itu akan jatuh sebagai komet,
satu persatu, sebelum inti bulan itu sendiri kolaps dan jatuh ke bumi. Dan
apabila itu terjadi maka umat manusia akan menemui akhirnya, dengan kata lain,
kiamat.
Kembali ke Hinata yang ingin
memberikan syal merah untuk pria pujaannya, akhirnya ketemu, tapi yang Hinata
dapat adalah Naruto yang sedang makan ramen bersama Sakura dan trio
Ino-Shika-Cho. Melihat Hinata datang, Naruto mengajaknya untuk makan bersama
mereka. Hinata terlihat kecewa, karena sebenarnya dia ingin menemui Naruto
sendirian, namun untuk menghormati teman-temannya itu, Hinata akhirnya ikut
bergabung.

Namun tak lama setelah Hinata duduk,
gerombolan gadis penggemar Naruto tiba-tiba datang dan menggoda Naruto dengan
genitnya tepat di depan Hinata. Hinata akhirnya memilih pamit meninggalkan
Ichiraku dengan alasan sudah kenyang, meskipun sebenarnya semangkuk ramen di
depannya sama sekali belum tersentuh. Sakura yang melihat itu lalu memarahi
Naruto dan menyuruhnya mengantar Hinata pulang ke rumah, tapi Naruto dengan
polosnya bertanya, kenapa? Naruto berkata bahwa Hinata adalah gadis yang kuat,
kenapa harus diantar pulang? Hinata mendengar itu dan segera beranjak. Sakura
sempat menyusul Hinata dan menghiburnya.
Sementara itu, beberapa boneka
bertopeng, boneka-boneka yang sama yang menyerang Hiashi, muncul di
tengah-tengah desa yang senyap. Beberapa dari mereka menerobos masuk kediaman
Hyuuga, mengincar sang putri, Hanabi, dan menculiknya.
Di batas desa, terlihat Sai yang
sedang melukis dikejutkan oleh kemunculan salah satu boneka Toneri yang
mengendarai semacam burung raksasa terbang rendah melewatinya ke arah luar
desa. Sai melihat boneka tersebut membawa seseorang yang sedang tidak sadarkan
diri, itu Hanabi. Mencium sesuatu yang tidak beres, Sai mengeluarkan elang dari
tintanya, dan pengejaran pun dimulai.
Dalam perjalanan pulang, Hinata
menghentikan langkahnya sejenak. Melihat jalanan sepi dan sendirian, dia
memutuskan berlatih mengungkapkan perasaannya di situ, namun tiba-tiba Naruto
muncul. Hinata yang kaget mencoba menguasai diri dan melakukan apa yang telah
dilatihnya, namun perutnya tiba-tiba berbunyi keras sekali. Hinata malu
setengah mati dan wajahnya memerah, dan memutuskan lari dari tempat itu,
meninggalkan Naruto yang kebingungan.

Adegan berikutnya memperlihatkan
Hinata yang sedang duduk-duduk di atas sebuah ayunan di tengah taman yang sepi,
dengan syal merah rajutannya itu berada di pangkuannya. Tiba-tiba sesosok asing
muncul di depannya, Toneri. Dia berkata ingin membawa Hinata bersamanya, Hinata
berteriak. Naruto yang mendengar teriakan Hinata bergegas mencari asal suara
itu. Naruto akhirnya menemukan Hinata dan berusaha menolongnya, namun salah
satu boneka Toneri berhasil mendapatkan Hinata, lalu melarikan diri bersama
Toneri. Sementara Naruto disibukkan dengan puluhan boneka yang tiba-tiba
menyerangnya tanpa peringatan.

Dalam pelariannya, Toneri
menggunakan suatu mantra misterius yang membuat chakra Hinata terkuras habis,
kemudian melemparnya ke bawah, ke arah bangunan-bangunan. Hinata yang sudah
lemas tak mampu menggunakan chakranya untuk mendarat dengan aman, beruntung
syal rajutannya tersangkut di salah satu atap bangunan, Hinata menggunakan syal
tersebut sebagai pegangan. Tak lama kemudian Naruto yang telah menghabisi
seluruh boneka penyerangnya datang menjemput Hinata.
Toneri sekali lagi muncul di depan
mereka berdua, berkata lantang bahwa dia pasti akan kembali untuk Hinata,
kemudian menghilang di tengah-tengah sinar purnama. Bersamaan dengan hilangnya
Toneri, hujan komet yang terbakar meluncur deras ke arah Konoha dan menghantam
tepat di batas desa, di belakang tebing ukiran wajah para Hokage. Hinata,
Naruto, dan para penduduk desa yang lain terkejut melihat kejadian tersebut,
bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi.


Segera setelah pertemuan lima Kage,
pertemuan lain yang tak kalah penting juga digelar di ruang Hokage, dipimpin
langsung oleh sang Rokudaime, Hatake Kakashi. Kakashi membentuk sebuah tim
untuk misi penyelamatan Hanabi, yang terdiri dari Naruto, Hinata, Sakura, Sai,
dengan Shikamaru sebagai ketua tim. Kakashi juga memberikan mereka sebuah
gelang khusus yang menampilkan sebuah penanda waktu, tepatnya sebuah hitung
mundur. Hitung mundur menuju waktu kolaps-nya inti bulan ke permukaan bumi, sekaligus
hitung mundur menuju akhir peradaban.
Pencarian Hanabi pun dimulai. Dengan
menggunakan elang-elang ciptaan Sai dan Byakugan Hinata, tim penyelamat ini
menyusuri langit, coba mencari petunjuk sekecil apapun tentang keberadaan
Hanabi. Mereka sempat menemukan salah satu kunai milik Hanabi, petunjuk itu
akhirnya menuntun mereka ke sebuah gua yang memiliki danau di dalamnya.
Mereka sepakat bahwa mereka harus
menyelam ke dalam danau tersebut, meskipun sebenarnya hal janggal sudah mereka
rasakan sejak awal. Sai merasakan bahwa air di danau tersebut sangat aneh,
karena ketika disentuh atau terkena pakaian, air danau tersebut tersebut tidak
membasahi seperti layaknya air pada umumnya. Mengetahui hal semacam itu, mereka
tetap memutuskan untuk menyelam.

Benar saja, hal yang tak kalah aneh
menyambut mereka di dalam danau. Belasan, atau mungkin puluhan bola berwarna
hijau melayang-layang di dalam air, di sekitar mereka, layaknya bulan-bulan
kecil. Bukan hanya itu, sepertinya air danau ini memiliki daya magis yang
melemparkan semacam ilusi. Ilusi tersebut memunculkan kembali beberapa ingatan
masa lalu Naruto dan teman-temannya, ingatan-ingatan tersebut kemudian
ter-refleksi di bulan-bulan kecil di sekitar mereka. Kilas balik kejadian
ketika guru Iruka menyuruh Naruto menulis nama seseorang di akademi, kilas
balik pertemuan pertama Hinata dan Naruto, kilas balik ketika ujian Chuunin,
dan kilas balik yang lainnya terpampang jelas di permukaan bulan-bulan kecil
tersebut, mengiringi mereka menyelam semakin dalam ke bagian lain danau ini.


Tanpa sadar, syal merah milik Hinata
mengambang keluar dari tasnya dan melingkar di leher Naruto, bersamaan dengan
kejadian itu, Naruto mulai dapat melihat ke dalam kilas balik ingatan Hinata,
tanpa disadari oleh si pemilik ingatan itu sendiri. Naruto menemukan dirinya
kembali berada di dalam kelas akademi, di waktu yang sama dengan kejadian
dengan guru Iruka. Namun kali ini ada yang berbeda, dia bisa melihat dirinya
sendiri dalam sudut pandang orang ketiga. Dia bisa melihat dengan jelas suasana
kelas sore itu, dan juga sosok kecilnya yang sedang dimarahi guru Iruka.
(Trivia lagi ― Third-person's
point of view, atau sudut pandang orang ketiga, adalah sebuah sudut pandang di
dalam penulisan dimana si author atau tokoh utama hanya berposisi sebagai
pengamat atau observer dalam sebuah rangkaian kejadian, tanpa turut campur
langsung di dalamnya)
Seketika pandangan Naruto menyisir
ke seluruh ruangan kelas dan terhenti di sosok Hinata kecil. Naruto menghampiri
mejanya, dan melihat dia sedang menulis nama seseorang, namanya. Naruto
terdiam, dan bersamaan dengan itu kilas balik beralih ke masa ujian Chuunin.
Masih dengan sudut pandang orang ketiga, kali ini dia melihat wajah Hinata yang
merona merah setelah memberikan sebotol ramuan kepada Naruto kecil yang babak
belur pasca pertarungan melawan Kiba. Naruto kembali hanya berdiri diam, tanpa
berkata satu apapun.
Tanpa menunggu lama, kilas balik
kembali beralih. Kali ini ke masa invasi Pain, tepat ketika Hinata dengan gagah
berani berdiri di hadapan sang dewa, menantangnya, demi melindungi sang pujaan
hati. Dan Naruto, masih dalam diamnya, agaknya mulai tersadar, bila selama ini
ada seorang gadis yang mencintainya sepenuh hati, dan gadis itu bernama Hinata.
Rangkaian kilas balik yang menyentuh
itupun terhenti ketika Naruto terbangun oleh suara Sakura, ternyata tanpa sadar
mereka sudah berada di sisi lain dari danau. Setelah semua siap, di bawah
komando Shikamaru mereka pun melanjutkan penjelajahan di tempat misterius
tersebut. Namun sesuatu telah berubah, yaitu Naruto. Sesaat setelah terbangun
dari rangkaian kilas baliknya itu, Naruto tak lagi bisa mengalihkan
pandangannya dari Hinata. Ya, rasa itu mulai muncul.
Setelah lama menyelam, mereka
akhirnya muncul di bagian lain dari gua tersebut. Di sana mereka menemukan
belasan bola yang terbuat dari tanah melayang-layang di sekitar dinding gua.
Mereka juga menemukan danau lain di dalam gua tersebut dan memutuskan kembali
menyelam. Shikamaru, Sai, dan Sakura berangkat terlebih dahulu, sementara entah
kenapa, Naruto malah diam saja. Hinata bertanya kepada Naruto kenapa dia tidak
segera menyelam, Naruto tidak menjawab. Dia malah sempat ingin balik bertanya
pada Hinata soal apa yang dilihatnya di dalam kilas balik, namun mengurungkan
niatnya tersebut di detik-detik terakhir. Naruto lalu bergegas menyelam ke
dalam danau, meninggalkan Hinata dalam kebingungannya.
Ketika Hinata akan menyusul ke dalam
danau, Toneri tiba-tiba muncul di hadapannya. Hinata terkejut, namun dapat
menguasai dirinya, dia lalu menanyakan keberadaan Hanabi kepada Toneri. Toneri
menjawab bahwa Hanabi saat ini sudah 'beristirahat'. Toneri memanggil Hinata
dengan sebutan 'Putri Byakugan', dan memintanya untuk menikah dengannya. Naruto
yang sadar ada yang tidak beres segera kembali ke permukaan, benar saja, dia
melihat Toneri yang sedang mengancam Hinata. Mereka bertarung, Naruto menang,
namun ternyata Toneri yang saat itu ada di hadapan mereka tak lebih dari sebuah
boneka. Naruto dan Hinata segera bergegas menyusul Shikamaru dan yang lain.


Setelah sampai menyusul yang lain,
Naruto melihat tempat Shikamaru kini penuh bekas sebuah pertempuran, dan
ternyata memang benar, mereka habis bertarung dengan kepiting raksasa penjaga
gua tersebut. Seluruh anggota tim telah berkumpul kembali, mereka berjalan kaki
dan akhirnya menemukan sebuah celah di sisi lain gua tersebut. Celah tersebut
membawa mereka ke sebuah tebing yang berada tepat di tepi samudera, dengan
sebuah pemandangan yang menakjubkan. Dari situ mereka melihat beberapa pulau
kecil yang melayang di udara, seakan tak terkena efek gravitasi sedikitpun.
Shikamaru merasa semakin aneh terhadap keadaan ini, bahkan dia ragu bahwa
'matahari' yang menyinari mereka saat ini bisa jadi bukanlah matahari yang sesungguhnya.
Dari sini, Shikamaru sudah mulai curiga kalau mereka sudah tidak lagi berada di
tempat yang mereka kenal sebagai bumi.
Meski takjub melihat segala keanehan
yang ditawarkan tempat misterius ini, mereka tetap melanjutkan pencarian,
hingga akhirnya menuntun langkah mereka ke sebuah desa, desa yang sepertinya
telah lama ditinggalkan. Shikamaru memutuskan bahwa mereka harus berpencar
untuk melakukan pencarian di desa tersebut. Naruto dan Hinata mencari
bersama-sama di deretan rumah yang telah kosong dan dipenuhi debu, dan
sepanjang pencarian mereka, tetap, Naruto belum bisa mengalihkan pandangannya
dari Hinata.
Di tengah pencarian mereka yang
berlangsung beberapa malam, tanpa sadar Naruto mulai menunjukkan perasaannya
kepada Hinata, meskipun hanya lewat hal-hal kecil. Seperti ketika Naruto
mencoba membersihkan beberapa helai sarang laba-laba tanpa sengaja tersangkut
di rambut Hinata. Naruto juga mulai sering sekali memulai obrolan dengan
Hinata, sesuatu yang amat jarang dilakukannya sebelum ini. Hingga di waktu
malam, ketika Hinata merajut benang untuk memperbaiki syal merahnya yang
berlubang ketika insiden di Konoha, Naruto diam-diam tetap terjaga hingga larut
untuk menemaninya.


Entah karena sedang jatuh cinta atau
apa, Naruto yang pada dasarnya sudah ceroboh, menjadi semakin ceroboh. Ketika
ingin ke belakang untuk buang air kecil, kakinya tersangkut jalinan jaring
laba-laba dan akhirnya terpelanting jatuh, punggungnya terluka. Hinata yang
mengetahui hal itu segera memberikan ramuan obat kepada Naruto. Naruto mencoba
mengoleskan ramuan obat itu sendiri ke punggungnya, namun kesulitan, dan
akhirnya Hinata turun tangan membantunya. (Adegan di atas sudah muncul di salah
satu spoiler, yang selama ini kita sebut sebagai adegan 'kerokan'.)
Tiba-tiba Sai muncul memecah
keheningan, dia berkata bahwa ada sesuatu yang penting, dan dia ingin Hinata
melihatnya. Mereka kemudian berjalan perlahan menyusuri beberapa bagian dari
desa terabaikan tersebut hingga akhirnya tiba di semacam kompleks pemakaman di
bawah tanah, dan bersamaan dengan itu, sesosok orang tua muncul.
Orang tua itu memanggil Hinata
sebagai 'Putri Byakugan', panggilan yang sama dengan apa yang diucapkan Toneri.
Tanpa berucap sepatah katapun lagi, orang tua tersebut tiba-tiba membuka
mulutnya dan mengeluarkan semacam bola chakra yang bersinar terang. Byakugan
Hinata bereaksi terhadap cahaya itu, dan sekelebat kilas balik muncul di
hadapan sang putri, sebelum akhirnya pandangannya memudar, Hinata pingsan.
Naruto yang melihat hal ini segera menyerang orang tua tadi, namun yang dia
tangkap hanya seberkas cahaya yang menguap ke udara, hampa. Naruto dan Sai
segera menyadari, bahwa sosok tua yang ada di hadapan mereka tadi adalah jiwa
yang tak lagi hidup. Ya, dia hantu.
Malam tiba, Hinata yang semenjak
tadi sudah siuman dari pingsannya, memutuskan untuk terjaga hingga larut,
kembali merajut lubang di syal merahnya. Naruto menghampirinya dan bertanya
tentang apa yang terjadi ketika sebelum dia pingsan, Hinata menjawab, bukan
apa-apa. Jelas sekali sang putri sedang menyembunyikan sesuatu. Keesokan
harinya. Setelah beberapa waktu pencarian tanpa hasil di desa mati tersebut,
Shikamaru memutuskan ini sudah waktunya untuk melanjutkan pencarian mereka ke
tempat lain. Mereka pun beranjak.
Perjalanan mencapai malam kembali.
Dan masih sama dengan malam-malam sebelumnya, Hinata tetap sibuk dengan
rajutannya. Namun malam ini sepertinya suasana sedikit lain. Padang rumput di
bawah lautan bintang tempat Hinata merajut itu semakin berpendar dengan kehadiran
sekawanan kupu-kupu yang bercahaya di sekitarnya. Sementara Naruto, berdiri di
bawah pohon di seberang, juga melakukan hal yang beberapa malam ini selalu ia
lakukan, diam-diam terjaga menemani Hinata.
Namun entah ada angin apa, Naruto
memutuskan menghampiri Hinata. Naruto berkomentar tentang rajutan syal yang
selama beberapa malam ini menyibukkan tangan Hinata. Hinata hanya tersenyum
kecil, sambil terus merajut. Hinata lalu berkata bahwa dirinya adalah kakak
yang menyedihkan, saat ini adiknya hilang entah kemana, dan yang bisa dia
lakukan hanya duduk di sini, merajut syal. Naruto tertawa, dan meminta Hinata
untuk jangan berpikiran seperti itu, dia yakin sebentar lagi mereka akan
menemukan Hanabi. Hinata lagi-lagi hanya tersenyum kecil, dia memuji Naruto
yang dianggapnya sebagai sosok yang baik. Naruto tertawa, sebentar, lalu
mereda.
Entah karena kelepasan atau memang
sudah waktunya, Naruto tiba-tiba bergumam pelan bahwa alasan dia sangat
bersemangat menyelamatkan Hanabi adalah, selain karena dia pribadi memang ingin
menyelamatkan Hanabi, dia juga melakukannya demi Hinata. Hinata terhenyak,
tangannya berhenti merajut. Dia menoleh ke arah Naruto, memandangnya tajam,
meminta Naruto mengulangi apa yang baru saja dia katakan. Naruto gelagapan,
mungkin menyadari bila lisannya terlalu ceroboh. Masih dengan tatapan yang
sama, Hinata kembali meminta Naruto mengulangi perkataannya. Naruto dengan
sedikit ragu mengulangi kata-katanya di bagian 'karena dia pribadi memang ingin
menyelamatkan Hanabi'. Hinata masih memintanya mengulangi kata-kata lainnya
sesudah itu. Naruto terdiam sejenak, menatap Hinata, lalu berkata lirih.
"Aku mencintaimu."
Mungkin inilah maksud pendar indah
segala cahaya yang berbaris malam itu. Suasana hening, waktu seakan berhenti,
hanya tatapan senyap dua insan itulah yang bersuara.
Keheningan seketika pecah oleh
kedatangan tiba-tiba sang musuh, Toneri. Dia mengendarai semacam wahana,
melayang turun dari atas bulan menuju tempat Hinata dan Naruto. Naruto seketika
berteriak, segera bersiap berlari menerjang ke arah Toneri, namun langkahnya
terhenti oleh Hinata. Tanpa bicara satu patah katapun, Hinata menyerahkan syal
rajutannya kepada Naruto lalu melangkah, mendekat, dan menaiki wahana milik
Toneri. Naruto yang tak juga paham apa yang sedang terjadi, dia berteriak,
bertanya pada Hinata tentang apa yang sedang dia lakukan.
Dengan senyum sinisnya, Toneri
menjawab bahwa tentu Hinata datang padanya karena mereka akan segera menikah.
Naruto terhenyak, dia bertanya pada sang putri apakah yang dikatakan Toneri
tersebut benar adanya. Hinata hanya menjawab dengan sebuah anggukan kecil, dia
tak membantah. Naruto terdiam, seakan tak percaya. Sementara wahana Toneri
mulai terbang menjauh.
Masih dalam kebingungannya, Naruto
segera menaiki elang tinta milik Sai dan mengejar mereka, sambil terus
berteriak meminta Hinata untuk kembali. Melihat Naruto terus mengejarnya,
Toneri mulai menyerang. Dengan sebuah mantra aneh yang dilemparkannya ke arah
Naruto, chakra Kurama milik Naruto langsung terkuras habis. Serangan tersebut
juga jatuh menghujam tanah, menimbulkan lubang besar bekas tubrukan di sana.
Naruto yang telah lemas juga jatuh ke dalam lubang tersebut, melihat ke arah
langit dengan matanya yang mulai kabur, seiring Toneri dan Hinata yang terus
menjauh, menghilang dari pandangan Naruto. Naruto tak sadarkan diri, di samping
syal merah yang kini telah terbakar habis, simbol patah hati kah?
Fokus sejenak beralih ke keadaan di
desa-desa para Shinobi. Setiap desa sedang berjuang mati-matian bertahan dari
hujan komet dengan segala daya dan upaya yang mereka bisa lakukan. Namun
diantara semuanya, Kumogakure terlihat paling menonjol. Di bawah komando
Raikage, para Shinobi Kumo menggunakan sebuah meriam chakra berukuran raksasa
untuk menghancurkan komet-komet tersebut. Dengan sumber daya seperti itu,
pantaslah mereka disebut sebagai kekuatan militer utama diantara kelima desa
besar yang lain.
Sementara di tempat lain, terlihat
sosok yang kita temui di awal cerita, dialah Hiashi Hyuuga. Sang pimpinan klan
Hyuuga tersebut terlihat tidak sadarkan diri, seakan kelelahan setelah
pertarungan yang amat panjang. Tanpa disadarinya, sebuah langkah kaki misterius
mendekati tempatnya terbaring. Sekelebat sosok yang sebenarnya tak asing mulai
tampak dari kegelapan, seorang pemuda berjubah dengan tangan kiri yang tak lagi
ada. Ya, sang pahlawan perang yang terlupakan, Uchiha Sasuke.
Jauh di sudut dunia yang lain, tim
Shikamaru masih tertahan di dalam sebuah gua tak jauh dari lubang besar tempat
Naruto terjatuh. Mereka beristirahat, terlihat pula Sakura yang sedang
mengobati luka-luka Naruto yang masih tak sadarkan diri. Suasana tak secerah
biasanya, terlihat rona murung di wajah mereka semua, kecuali mungkin
Shikamaru. Dengan fokusnya yang masih terjaga, dia mencoba menepis kecurigaan
dirinya sendiri beberapa waktu lalu. Namun ketika Shikamaru memandang keluar
gua, pemandangan yang semakin menguatkan firasatnya pun terpampang. Sebuah
planet berwarna biru terlihat dari kejauhan, Shikamaru benar, mereka tak lagi
berada di bumi. Semua tempat, matahari, bintang, semua hal yang mereka temui
sampai titik ini tak lebih dari sekedar keajaiban 'Hollow Earth'.
(Trivia ― Hollow Earth, atau bumi
berongga, adalah sebuah teori geologis kontroversial yang menganggap bumi
memiliki sebuah rongga raksasa di dalamnya. Rongga tersebut memiliki sistem
penunjang kehidupan sendiri seperti matahari, oksigen, dan sebagainya. Di movie
The Last, teori ini mungkin diaplikasikan di bulan, dimana bulan digambarkan
memiliki 'peradaban' di dalam rongganya)
Hinata terbangun dari tidurnya, atau
pingsannya, entahlah. Dia melihat sekeliling, mendapati dirinya berada di
sebuah kastil. Pandangannya terhenti di sebuah ranjang di seberang ruangan,
terlihat sosok yang tak asing terbaring di atasnya, itu Hanabi. Dia tak
sadarkan diri, kedua matanya tertutup balutan kain. Hinata bergegas mendekat ke
arahnya, dia meraih tangan Hanabi dan menangis di atas jemari adiknya itu.
Tiba-tiba Toneri muncul, ada yang sedikit berbeda darinya kali ini, kedua bola
matanya kini berubah warna menjadi putih keperakan. Hinata mengenali sepasang
mata itu. Ya, itu Byakugan milik Hanabi, yang kini telah berpindah ke dalam
rongga mata Toneri.
Hari berganti, Hinata menghabiskan
waktunya di kastil tersebut dengan duduk dalam lamunannya. Toneri coba membuka
pembicaraan, dia meminta Hinata membuatkannya syal seperti yang dirajutnya
untuk Naruto, dan entah karena terpaksa atau ada alasan lainnya, Hinata
menyanggupi. Tak lama, Toneri mulai bercerita tentang dirinya sendiri. Toneri
adalah keturunan terakhir dari Hamura Ootsutsuki, saudara kandung dari dewa
para Shinobi, Hagoromo. Dia menjelaskan bahwa sebenarnya apa yang dia lakukan
ini hanyalah untuk memenuhi wasiat dari kakek moyangnya, Hamura. Menurut
Toneri, Hamura berwasiat bahwa keturunannya harus menghancurkan bumi apabila
suatu saat nanti keturunan Hagoromo tak lagi mampu merawatnya dengan baik. Dan
saat ini waktunya telah tiba, para Shinobi telah melampaui batasannya, merusak
bumi dan bahkan mengganggu keseimbangan bulan, Toneri merasa bahwa saat inilah
takdirnya harus dipenuhi.

Di momen ini juga terkuak apa
sebenarnya yang dilihat Hinata ketika dia bertemu dengan arwah di desa mati
sebelum dia pingsan. Ternyata itu adalah sebuah kilas balik, tentang sebuah
perang besar di masa lalu yang terjadi di sini, di bulan. klan Otsutsuki,
mereka pernah terlibat perang, entah dengan klan lain ataukah perang saudara,
namun yang pasti salah satu pihak mengakhiri perang menggunakan sebuah senjata
pemusnah massal. Senjata yang begitu dahsyat, hingga mampu menghapus seluruh
klan lawan dengan satu kali tembakan. Kilas balik berakhir di situ. Namun gadis
secerdas Hinata mulai paham sesuatu. Toneri, senjata itu, dan kehancuran bumi,
ketiga hal tersebut pasti berhubungan, dan Hinata memutuskan untuk mencari
tahu.
Suatu malam, masih di kastil yang
sama, Hinata tertarik melihat sebuah pulau melayang dari balik jendela. Toneri
menjelaskan bahwa itu adalah makam kakek moyangnya, Hamura Ootsutsuki, pulau
tersebut akan melayang di dekat kastil sekali setiap satu tahun. Hinata
menggunakan Byakugan untuk melihat ada apa di balik pulau tersebut, dan dia
terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ternyata firasatnya benar, kilas balik
tentang perang besar itu memang memiliki hubungan dengan Toneri. Senjata pemusnah
massal yang dilihatnya dalam kilas balik itu ternyata tersimpan di dalam pulau,
dan Toneri pasti akan menggunakannya untuk menghancurkan bumi, begitu pikirnya.
Hinata memutuskan untuk menyusup, mencari tahu lebih dalam.
Belum lama langkahnya menginjak
bagian dalam pulau, tiba-tiba sesosok samar muncul di hadapan Hinata. Di tengah
keterkejutan Hinata, sosok itu memperkenalkan diri, dialah Hamura Ootsutsuki.
Tanpa basa-basi, Hamura menjelaskan pada Hinata bahwa penghancuran bumi sama
sekali bukan wasiatnya, dia berharap Hinata mampu menghentikan Toneri sebelum
semuanya terlambat. Hamura percaya, sebagai anggota klan Hyuuga, Hinata yang
juga masih keturunannya itu adalah satu satunya orang mampu melakukan tugas
ini. Hinata masih belum sepenuhnya menguasai diri, namun dia tahu pasti apa
yang dikatakan oleh sosok samar di depannya tersebut. Hinata ingin bertanya
satu dua hal lagi pada moyangnya itu, namun ketika pandangan mata Hinata
berusaha mencari sosoknya, Hamura telah menghilang.
Pencarian berlanjut. Dengan mata dan
intuisinya yang tajam, Hinata akhirnya menemukan lokasi senjata tersebut. Tanpa
banyak bicara Hinata berupaya menghancurkannya dengan segenap tenaga yang dia
punya, namun gagal, dan Toneri tiba-tiba muncul dihadapannya. Hinata
menceritakan semua yang dia dengar dari Hamura, meminta Toneri untuk
menghentikan segala rencana kejamnya. Namun seperti bicara pada sebuah dinding,
Hinata tak dihiraukan. Lagi-lagi Toneri menggunakan mantra aneh pada Hinata,
tubuhnya memucat seakan kehilangan daya kehidupannya. Sementara di saat
bersamaan, sebuah lukisan wajah yang menggambarkan Hinata yang sedang menangis
muncul di dinding. Lukisan itu terlihat sangat hidup, seakan memiliki jiwa. Dan
benar saja, memang di dalam lukisan itulah jiwa Hinata terpenjara, sehingga
tubuhnya kini tak lebih dari sekedar boneka yang bergerak tanpa nyawa. Mungkin
dengan cara seperti inilah Toneri membuat pasukan bonekanya.
Jauh di sisi lain bulan, ini sudah
tiga hari sejak kejadian hilangnya Hinata. Naruto akhirnya terbangun dari
pingsannya, dan kata-kata pertama yang dia ucapkan adalah sebuah pertanyaan,
tentang Hinata. Hal itu tak lagi aneh di telinga anggota tim yang lain, sebab
menurut Sai, selama tak sadarkan diri Naruto juga terus memanggil nama Hinata,
lagi dan lagi. Dan seperti biasa, Sai masih sempat berkomentar dengan polosnya.
Jadi seperti inilah rasanya ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan, begitu
katanya. Naruto hanya terdiam.
Melihat Naruto sudah siuman,
Shikamaru memutuskan mereka harus segera bergerak, melanjutkan misi pencarian
Hanabi, dan sekarang juga Hinata. Naruto masih terdiam tanpa jawaban, hal itu
menyulut reaksi keras sang ketua tim. Shikamaru membentak Naruto, bila Naruto
menyerah begitu cepat seperti ini, dia sama sekali tidak pantas menjadi seorang
Hokage. Wajarnya orang yang sedang kalut, Naruto mencengkeram kerah baju
Shikamaru, menganggap teman akrabnya sejak kecil itu tidak tahu apa-apa tentang
masalahnya, dan memperingatinya untuk tidak banyak bicara. Shikamaru, dengan
nada bicara yang semakin keras berkata, "Aku memang tidak tahu masalahmu
dengan Hinata! Tapi kalau kau masih berani menyebut dirimu seorang Shinobi,
bangun, ayo lanjutkan misi! Bila tidak, diam saja dan matilah di sini!".
Sai terdiam, dia tidak pernah melihat Shikamaru bersikap sekeras itu. Naruto
melepaskan cengkeramannya, dan melangkah gontai ke sudut lain gua itu,
termenung.
Shikamaru terdiam sejenak, lalu
menghampiri Naruto, menggenggam lengannya dan menyeretnya ke suatu tempat. Di
tempat yang hanya diterangi sepasang obor itu terlihat Sakura yang sedang
terbaring, beristirahat. Sakura kelelahan setelah hampir seluruh chakranya
telah dia gunakan untuk merawat Naruto. Shikamaru meninggalkan tempat itu,
memberi kesempatan Naruto dan Sakura untuk bicara berdua.
Sakura tersenyum kecil melihat
Naruto sudah sadar, dia menanyakan keadaannya saat ini. Naruto menjawab dengan
pertanyaan yang sama, dan lagi-lagi hanya dibalas senyum oleh Sakura. Naruto
mulai bercerita tentang Hinata yang dengan sukarela bersedia pergi bersama Toneri.
Sakura menimpali, bila Hinata melakukan hal itu, sudah jelas dia punya
pertimbangan tertentu, entah rencana atau apapun, yang pasti gadis secerdas
Hinata tidak akan melakukan hal berbahaya seperti itu tanpa paham benar apa
yang dilakukannya. Sakura menyebut Naruto sebagai orang yang bodoh karena
mencerna sikap Hinata terlalu harfiah, dan orang yang super bodoh kalau sudah
tentang cinta dan perasaan. Sakura telah lama tahu bahwa Naruto menyimpan rasa
untuknya, namun Sakura tidak bisa membalas perasaan Naruto karena Sasuke, dan
hanya Sasuke lah yang ada di dalam hati Sakura sejak dulu. Atas dasar itu,
Sakura sangat yakin bila Hinata, yang telah menyukai Naruto jauh lebih lama
dari masa jatuh cinta Sakura ke Sasuke, tidak akan pernah memalingkan
perasaannya ke orang lain. Mendengar itu Naruto mulai bisa tersenyum, dia paham
apa yang coba dikatakan Sakura.
Sementara itu di bumi, semua Shinobi
masih sibuk mempertahankan dirinya sendiri dari hujan komet yang melanda desa
mereka. Di atas langit Konoha, pecahan besar komet meluncur deras ke arah desa.
Rock Lee segera bertindak cepat dan menghancurkannya dengan sebuah tendangan,
namun komet lain yang tak kalah besar meluncur melewati penjagaannya.
Ketika seakan segera menghujam tanah
Konoha, komet besar itu mendadak hancur berkeping-keping. Kakashi yang
menyaksikan hal itu pun bertanya-tanya, sebelum akhirnya rasa penasarannya
terjawab oleh sosok misterius yang berkata bahwa selama Naruto tidak ada di
desa, maka dirinya lah yang akan melindungi Konoha. Ya, sosok itu adalah
Sasuke. Setelah berkata seperti itu, Sasuke menghilang. Bersamaan dengan
hilangnya Sasuke, tiba-tiba tubuh Hiashi yang tak sadarkan diri sudah terbaring
di belakang Kakashi, Izumo, dan Kotetsu.
Di Kumogakure, hujan komet telah
berhasil dijinakkan oleh meriam chakra mereka. Kumo mengalihkan sasarannya ke
asteroid-asteroid yang belum memasuki atmosfer bumi, dan kemudian bulan itu
sendiri. Raikage menginformasikan rencana itu kepada semua Kage yang lain.
Kembali ke kastil, Hinata yang telah
kehilangan jiwanya itu terlihat berdiri di atas altar bersama Toneri,
sepertinya prosesi pernikahan sedang berlangsung. Namun sebelum semuanya
terlambat, datanglah para penyelamat. Naruto dan Shikamaru tiba-tiba muncul
menginterupsi jalannya pernikahan, Toneri panik dan membawa Hinata keluar dari
tempat itu. Naruto dan Shikamaru berusaha mengejar, namun puluhan boneka Toneri
muncul menghalangi jalan mereka. Sakura bertarung dengan boneka Toneri, teman
Naruto memutuskan untuk tinggal dan menghadapi mereka, dan menyuruh Naruto
segera pergi menyusul Toneri dan Hinata.

Toneri terkejar. Naruto meminta
Hinata kembali dan bersiap untuk menyerang. Toneri yang mulai terpojok
menggunakan cara licik, dia menggunakan Hinata yang telah kehilangan jiwanya
untuk menyerang Naruto. Namun Naruto mampu menghindar, dan mampu menangkap
Hinata. Naruto lalu mencoba menghilangkan pengaruh mantra Toneri yang ada pada
Hinata, dan dia berhasil. Toneri yang melihat itu kembali bersiap menggunakan
mantra anehnya untuk mempengaruhi Hinata sekali lagi, namun tiba-tiba dia
merasakan sakit yang luar biasa di kedua matanya. Apa mungkin Byakugan Hanabi
memberontak pada tuan barunya? Hinata dan Naruto memanfaatkan celah itu untuk
melarikan diri, meninggalkan Toneri yang masih kesakitan. Naruto dan Hinata
segera bergegas menuju tempat senjata pemusnah massal milik Toneri tersimpan.
Sesampainya di sana, mereka segera
mencoba menghancurkan senjata itu dengan segenap tenaga, namun entah kenapa,
tetap gagal. Naruto tiba-tiba teringat momen ketika mereka menggabungkan
kekuatan di perang dunia Shinobi waktu pertarungan menghadapi Juubi dan Obito,
kita harus mencobanya lagi, begitu kata Naruto. Hinata segera memfokuskan
chakranya dan membentuk dua telapak singa Juho Shoshiken, sementara Naruto
merapal Oodama Rasengan, lalu menggabungkan keduanya. Dan kali ini berhasil,
senjata itu hancur berkeping-keping, menguak sebuah pemandangan yang sangat
mengerikan. Ratusan bola mata Byakugan terlihat bertebaran seiring ledakan
senjata tersebut. Hinata dan Naruto terdiam sejenak melihat pemandangan seperti
itu, namun segera menguasai diri mereka dan bergegas menyusul anggota tim yang
lain.


Keduanya akhirnya bertemu dengan
Shikamaru, Sai, dan Sakura yang ternyata telah menemukan Hanabi. Namun bukan
hanya Hanabi, Sakura juga menemukan sebuah syal merah yang dirajut Hinata untuk
Toneri. Dia lalu memberikannya pada Hinata, dan menyuruhnya melakukan apa yang
seharusnya dia lakukan sejak lama, yaitu memberikan syal itu kepada Naruto.
Kali ini tanpa rona merah atau keraguan, Hinata memberikan syal itu pada
Naruto, dan tanpa ragu pula, Naruto menerimanya dengan senang hati.
Kembali ke bulan. Toneri yang
sepertinya telah keluar dari kesakitannya segera mengeluarkan semacam patung
raksasa yang wujudnya mengingatkan kita pada Gedo Mazo, cangkang Juubi yang
kini terkunci di dimensi lain. Toneri dan patungnya segera menyerang Naruto dan
kawan-kawannya. Ia kembali merebut Hinata dari Naruto lalu mengurungnya di
sebuah kurungan berwarna emas. Melihat hal itu, Naruto segera bersiap
bertarung. Dia menggabungkan Sennin mode dan chakra Kurama, sekaligus
mewujudkan Kurama itu sendiri. Kedua mahluk raksasa itu pun saling berhadapan,
pertarungan pun dimulai.

Saat tengah menemani Hiashi yang
terbaring, Kakashi dapat laporan bahwa sesuatu sedang terjadi di bulan, dia
punya firasat bahwa Naruto dan yang lainnya pasti sedang ada di sana. Sehingga
ketika Raikage menginformasikan rencananya menghancurkan bulan, Kakashi
bersikeras untuk menghentikannya. Namun watak keras Raikage tak mudah dilawan,
setelah Kakashi mendapatkan dukungan dari ketiga Kage yang lain, barulah
Raikage melunak. Dia setuju menunda serangan selama satu jam, bila lebih dari
itu, Kumo akan melanjutkan rencananya.
Pertarungan sengit terjadi di permukaan
bulan. Naruto dan Toneri saling bertukar serangan. Mungkin karena merasa
terdesak, Toneri menggunakan semacam mode Rikudo dan segera mengeluarkan
sebilah pedang raksasa dengan kekuatan yang amat dahsyat. Dengan satu tebasan
dari pedang itu, Toneri mampu membelah bulan menjadi dua bagian. Luar biasa!



Naruto tak kehilangan fokusnya, dia
segera merapal Rasenshuriken dan melemparkannya ke arah Toneri, namun dapat
dihindari. Jual beli serangan terus terjadi, hingga akhirnya entah kenapa dan
bagaimana, Toneri kehilangan mode Rikudonya. Naruto memanfaatkan kesempatan ini
untuk kembali menyerang Toneri. Namun ketika serangan Naruto hampir siap,
tiba-tiba ratusan Byakugan yang berasal dari senjata pemusnah yang dihancurkan
oleh Hinata dan Naruto tadi diserap oleh Toneri, dan memberinya energi
tambahan. Dengan energi itu, Toneri membentuk semacam bola chakra berwarna
hijau. Bola chakra itu mampu menyerap seluruh chakra Naruto, bahkan Naruto
kehilangan Sennin mode dan mode Kuramanya. Toneri tertawa, seolah dia telah
menang.
Namun tanpa dia sadari, bola
chakranya juga menyerap energi matahari, energi yang sangat sulit dikendalikan.
Tubuh Toneri mulai mengembang dan melayang ke luar angkasa, membuatnya sangat
lemas. Ketika seakan tubuhnya akan meledak, tiba-tiba ada yang menggenggam
lengannya dan menariknya kembali ke permukaan bulan, itu Naruto. Toneri yang
telah lemas tanpa daya mendarat kembali di permukaan bulan, Hinata segera
mengambil kembali mata Hanabi darinya. Toneri Ootsutsuki sudah kalah.
Bersamaan dengan jatuhnya Toneri,
patung raksasa yang sedari tadi bertempur menghadapi Kurama juga ikut
menghilang. Misi telah selesai, Toneri sudah dikalahkan, Hinata dan Hanabi pun
telah berhasil diselamatkan. Kurama segera mengirim sinyal dengan sebuah tulisan
ke orang-orang di bumi. Naruto memang seseorang yang tak pernah ingin
mempertahankan permusuhan, dia dengan yakinnya mengajak Toneri untuk ikut
pulang ke bumi bersama mereka, daripada harus hidup seorang diri di bulan.
Toneri hanya tersenyum, dia berkata bahwa lebih baik dia hidup di sini, di
bulan, jauh dari peradaban. Naruto menawarinya sekali lagi, namun kembali,
Toneri tersenyum dan menolak.

Shikamaru, Sakura, dan Sai telah
lebih dulu keluar dari rongga bulan dan tiba di danau tempat pertama kali
mereka masuk. Sementara Hinata dan Naruto, yang berjalan pelan menyusul mereka
telah sampai di gua dengan bulan-bulan kecil yang melayang di langit-langitnya.
Sama seperti ketika di dalam danau, bulan-bulan kecil itupun mulai menampilkan
berbagai kilas balik ingatan Hinata dan Naruto, namun kali ini mereka berdua
dapat melihat ingatan satu sama lain, tanpa ada batasan. Naruto meraih tangan
Hinata, menggenggamnya erat. Sambil saling berpegangan tangan, mereka melompat
dari satu bulan ke bulan yang lain, menuju langit-langit gua.
Naruto teringat tentang tugas yang
diberikan guru Iruka semasa di akademi dulu, tentang nama seseorang. Naruto
teringat betapa sulitnya dia menentukan nama siapa yang harus dia tulis, karena
dia memang tidak punya siapa-siapa dalam hidupnya. Namun kini semua berubah,
dia sudah tahu nama siapa yang akan dia tulis. Tepat di depan Hinata, Naruto
berkata bahwa dia sangat mencintainya, dan ingin menghabiskan sisa hidupnya
bersama Hinata. Hinata tersenyum, dia tak bisa berkata apapun selain, iya.

Seiring perjalanan mereka ke
langit-langit gua, gambaran evolusi cinta mereka terpampang jelas di
bulan-bulan kecil di sekitar mereka. Terasa sangat nyata, karena penampilan
mereka berdua juga ikut berganti seiring kilas balik apa yang sedang
diperlihatkan. Di mulai dengan masa remaja mereka, ketika Naruto baru pulang
dari latihan tiga tahunnya bersama Jiraiya, lalu berlanjut dengan kilas balik
ketika masa-masa mereka menjadi Genin, dan ditutup dengan masa kecil mereka,
masa ketika untuk pertama kali mereka bertemu.

Gua itu mulai runtuh sedikit demi
sedikit, tepat ketika mereka berdua sampai di langit-langit. Mereka keluar dari
gua dan segera menyelam ke dalam danau, menyusul Shikamaru dan yang lain.
Setelah semua orang sudah kembali berkumpul, Naruto menggunakan Rasengan untuk
melubangi mulut gua dan mereka pun keluar dari situ, dan entah kenapa, melayang
di udara. Mereka terus melayang. Dan tepat di depan sang purnama, Naruto
menarik Hinata ke pelukannya, lalu ah, kejadian sesudahnya tak perlu lagi
diceritakan. (Sudah ada di spoiler)
Akhir yang manis untuk sebuah cerita
yang luar biasa.
Dalam scene credit, kita
diperlihatkan banyak sekali gambar tentang pernikahan Naruto dan Hinata.
Terbalut rapi dengan alunan tembang Hoshii no Utsuwa dari Sukima Switch yang
menjadi latarnya. Menjelang akhir credit, diperlihatkan pula Sasuke yang sedang
menjelajahi sebuah gurun pasir, sendirian. Credit scene berakhir dengan foto
bersama semua yang hadir di pernikahan Hinata dan Naruto, termasuk Hanabi yang
memegang foto kakak sepupunya yang telah meninggal, Hyuuga Neji.
TAMAT